Senin, 01 April 2013

Bahaya Riya’

Rasulullah bersabda : “sesungguhnya yang paling ku takutkan dari yang ku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya , “wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu? ” beliau menjawab, “riya’.” Allah berfirman kepada mereka kelak pada hari qiyamat, tetkala memberikan balasan amal-amal manuisa,” pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ di dunia apakah kalian mendapatkan balasan dari sisi mereka?” (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Baghawy)

Riya’ berasal dari kata ru’yah, yang artinya adalah melihat. Orang yang riya’ adalah mereka yang menginginkan agar orang lain melihat apa yang dilakukannya. seseorang beramal untuk Allah tetapi juga diniatkan untuk selain Allah, yaitu ingin di lihat oleh orang lain. Sehingga orang yang riya’ itu pada dasarnya melaksanakan ibadah yang Allah perintahkan tapi niatnya bukan karena Allah. Menurut al-Quran surat al-Ma’un riya’ ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat/manusia. Virus riya’ dalam diri seseorang melalui beberapa hal diantaranya adalah : pertama Senang terhadap pujian dan sanjungan, kedua selalu menghindari celaan dan yang ketiga yaitu mengaharap kedudukan di hati orang lain.

Tiga aspek inilah yang menjadikan penyakit riya’ itu tumbuh dengan subur dan akhirnya menggrogoti jiwa manusia, dan menjadikan amalan-amanlan manusia menjadi tidak di terima oleh Allah swt.  Orang-orang yang riya’ ternasuk orang yang celaka sebagaimana dalam firman Allah dalam surat al-Mau’un : “maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’.” [107]: 5-6

Macam-Macam Riya’
Riya’ itu banyak macamnya, diantaranya adalah sebagai berikut : pertama, riya’ yang berasal dari badan. Biasanya hal ini lebih bersifat kepada bentuk fisik yang ingin di lihat atau memamerkan tubuh yang bagus atau sebagainya, memperlihatkan mata cekung dan  agar terlihat ahli puasa, memperlihatkan kegagahan, penampilan yang menarik, dan kecantikan maupun kecakapan yang ada pada dirinya. Kedua, riya’ yang berasal dari perhiasan/pakaian. Merasa apa yang ia punya paling bagus dari yang lain, sehingga merasa ingin di lihat oleh orang lain; atau memakai pakaian yang meniru para ulama agar dipandang sebagai ahli ibadah atau oarng yang ahli ilmu agama, atau memperlihatkan pakaian yang mahal, atau rumah dan harta yang ia miliki.

Ketiga, riya’ yang berasal dari perkataan. Biasanya membagus-baguskan bacaan ketika berbicara, dan begitu juga ketika membaca al-Quran dengan niat ingin di puji oleh orang lain yang mendengarnya. Sehingga membuat yang mendengar memberikan pujian atas keindahan suaranya ataupun yang lainnya. Keempat, riya’ yang bersal dari perbuatan. Yaitu memanjangkan bacaan sholat saat ruku dan sujud, menampakan ke khusyukan, shodakoh lantaran karena ada seseorang yang disukai atau lain sebgaianya, sehingga apa yang ia lakukan bukan murni atas kehendak dirinya melainkan karena ada dorongan dari orang lain yang mengakibatkan ia melakukan perbuatan itu. Kelima, yaitu riya’ dengan teman dan orang-orang yang berkunjung kepadanya. Misalnya ia memiliki teman yang sudah terkenal dan lain sebagainya kemudian ia selalu menyebut-nyebut temannya tersebut, bahwa orang tersebut sering datang kerumahnya. Ia punya banyak teman dan bahkan ia pernah didatangi oleh si fulan dan fulanah yang terkenal itu.

Bahaya Riya’
Bahaya riya’ yang pertama, dapat menghapus amal shalih. Seperti yang disampakan di atas, yaitu seseorang yang melaukan perintah Allah akan tetapi ia memasukan sifat riya’ ketika melakukan amalan tersebut dan hal itu menyebabkan amalan yang seharusnya mendapatkan pahala, akan tetapi menjadi amalan yang sia-sia. Amalan yang shalih itu menjadi amalan yang kosong dan tidak memiliki nilai di mata sang khalik. Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya yang paling ku takutkan dari yang ku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya , “wahai rasulullah, apakah syirik kecil itu? ” beliau menjawab, “riya’.” Allah berfirman kepada mereka kelak pada hari qiyamat, tetkala memberikan balasan amal-amal manuisa,” pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ di dunia apakah kalian mendapatkan balasan dari sisi mereka?” (diriwayatkan Ahmad dan Al-Baghawy)

Bahaya Riya’ yang kedua, riya’ adalah penyakit yang tersembunyi. Karena penyakit riya’ itu tidak tampak dan hanya pelakunya sajalah yang tahu, maka sangatlah sulit untuk mengetahui siapa yang terkena penyakit riya’ ini, oleh karena itu riya’ sangat berbahaya dan dapat menyerang siapa saja, kapanpun, dan dimanapun. Rasulullah bersabda : “maukah aku tunjukan sesuatu yang lebih aku takutkan kepadamu dari pada al-Masih dan ad-Dajjal? Yaitu syiruik yang tersembunyi, seorang berdiri mengerjakan shalat lalu ia menghiasinya karena ada yang melihatnya.” (Riwayat Ibnu Majah)

Bahaya riya’ yang ketiga yaitu riya’ dapat menambah kesesatan. Sudah sangat jelas sekali jika ada seseorang yang terjangkit penyakit riya’ maka penyakit tersebut akan menggerogoti jiwanya dan menyerang seluruh elemen yang ada di dalam tubuhnya terutama hati. Riya’ merupakan penyakit yang sukar disembuhkan, sehingga bagi orang yang telah terkena penyakit ini akan terus menerus menjalankan riya’ dalan kehidupannya sehingga ia akan terus menerus masuk kedalam kesesatan tersebut. Allah berfiraman dalam al-Quran :

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabakan mereka berdusta.” (QS. Al-baqarah [2] : 9-10)

Terapi Riya’
Hal yang pertama adalah dengan membiasakan diri menyembunyikan amalan. Sebisa mungkin kita melakukan kebaikan dan kemudian kita melupakan kebaikan tersebut, sehingga dangan tidak mengingat-ingat kebaiakn tersebut maka secara otomatis kebaikan itu tidak akan pernah kita ungkapkan ataupun kita ucapkan kepada orang lain. Seperti dalam peribahasa yang sering kita dengar yaitu “tangan kanan beramal dan tangan kiri tidak tahu.” Berusaha untuk tidak mengingat-ingat dan menyembunyikan dari tangan kiri atas perbuatan tangan kanan merupakan salah satu terapi yang bisa mencegah penyakit riya’ ini muncul.

kedua adalah dengan mengetahui dan mengingat bahaya riya’. Jika kita menyadari akan bahaya riya’ tersebut, tentulah kita takut dengan kemurkaan Allah dan azabnya bagi diri  kita  tetkala kita melakuakn amalan riya’, dan tentunya kita akan menyadari sebetulnya pujian itu untuk apa, dan tidaklah memiliki apapun.  Apalah artinya sebuah pujian dan sanjungan apabila Allah tidak ridha, bahkan sanjungan dan pujian hanya akan menimbulkan murka Allah kepada hambanya.

ketiga adalah dengan Berdoa kepada Allah. Yaitu dengan memohon untuk dijauhkan dari penyakit riya’ yang mampu menghilagkan pahala amal shalih. Abu Musa al-‘Asy’ari berkata :

“Pada suatu hari Rasulullah berkhutbah kepada kami. “wahai sekalian manusia, takutlah akan syirik ini (riya’) karena ia lebih tersembunyi dari pada rayapan seekor semut”, lalu salah seorang bertanya, “ya Rasulullah, bagiamana kita mewaspadainya?” beliau menjawab, “berdoalah dengan doa ini : ya allah kami berlindung kepada engkau dari mempersekutukan sesuatu dengan Mu apa yang kami ketahui dan kami memohon ampunan dari apa yang kami tidak ketahui.” (Riwayat Ahmad)

Penutup
Riya’ merupakan penyakit yang berbahaya dan mampu menghapus amal shalih, dan menjadikan manusia rusak, karena apa yang ia cari hanyalah sesuatu yang tidak berarti dan sifatnya hanya sesaat saja. Oleh karena itu kita harus menjauhi penyakit riya’ ini, jika tidak ingin terjebak dan masuk kedalam lembah kegeglapan, yang mampu membuat mata hati kita tertutup rapat oleh pintu riya’. Percuma kita sholat, puasa, menolong, dan lain sebagainya jika hanya ingin di lihat oleh orang lain dan di nilai oleh rang lain.

Jika penyakit riya’ telah datang menghampiri diri kita maka cepat-cepatlah memberikan penawarnya yaitu dengan segera mengingat allah dan mengingat bahaya riya’ tersebut dan kemudian berdoa kepada allah untuk dihindarkan dari penyakit tersebut. Jika tidak cepat-cepat di obati maka penyakit tersebut akan menyebabkan semuanya amalan kita hilang dan menjadi sia-sia. Ketika semua amalan yang kita lakukan telah dibumbui dengan sifat riya’ maka amalan tersebut sudah dipastikan tertolak dan menjadi amalan yang kosong, hampa dan lain sebagainya. Amalan yang demikian hanya memiliki tampilan luar semata, akan tetapi tidak memiliki sesuatu arti apapun di hadapan allah swt.

Sebisa mungkin kita menyadari bahwa pujian dan sanjungan itu merupakan sesuatu hal yang tidak memberikan manfaat,  dengan kesadaran itu maka kita akan mengesampingkan niat untuk mendapatkan sebuah pujian ataupun sanjuangan dari  makhluk yang namanya manusia. Ingatlah bahwa pujian hanya akan membuat kita terjebak kedalam sebuah lembah yang sebetulnya menjadikan diri kita lemah, tidak berdaya, dan membuat mata hati kita menjadi tertutup.

Sadarilah bahwa sebetulnya yang kita cari bukanlah pujian ataupun sanjungan dari manusia akan tetapi yang kita cari adalah ridha Allah swt untuk memperoleh  sebuah balasan yang setimpal atas amalan-amalan yang telah kita lakukan dalam hidup ini, dan yang kita cari adalah balasan syurga dari Allah untuk menempuh hidup di akhirat yang kekal suatu hari kelak. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang terjauh dari sifat riya’, dan selalu mendapatkan ridha Allah dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu bertaubat dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat, dan menjadi hamba-hamaba yang bertaqwa.

“Ya Allah kami berlindung kepada engkau dari mempersekutukan sesuatu dengan Mu apa yang kami ketahui dan kami memohon ampunan dari apa yang kami tidak ketahui.” Amin. Wallahu’alam bishowab.[]

*Amir Hamzah
Mahasisiwa Prodi PAI│FIAI UII
Santri PONPES “Ashabul Kahfi”
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Matakuliah_PAI 2009-2013.