Setiap manusia Allâh swt berikan waktu yang sama, yaitu 24 jam. Terkadang banyak manusia yang menggunkan kesempatan itu dibiarkan begitu saja. Ada yang malas-malasan padahal ia tahu jika hari esok akan menghadapi ujian. Ada lagi yang memakai waktunya dihabiskan untuk bermain, alasannya karena dunia ini hanya tempat bermain-main. Taubat bisa nanti saja, kalau sudah tua barulah bertaubat. Orang-orang sepeprti ini sungguh keterlaluan, ia menganggap enteng urusannya. Padahal ia tidak tahu bahwa selama ini yang memberikan kenikmatan itu adalah Allâh. Sungguh orang yang demikian adalah orang yang merugi.
“Demi masa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, melainkan orang-orang yang mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS. Al-‘asr : 1-3)
Dari ayat di atas, jika kita telaah bersama berarti posisi manusia dalam keadaan merugi, yaitu mereka merugi diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Manusia terjerat masalah karena ulahnya sendiri. Misalnya saja, tidak menjaga mulutnya ketika berbicara, sehingga banyak saudaranya yang membenci dirinya. Jadi, sangat jelas bahwa mereka merugi karena perbuatanya sendiri.
Mari kita telaah kembali ayat al-Qur’an di atas. Disana terdapat pengecualian, jika kita berbuat baik, saling menasehati dan saling mengingatkan maka kerugian itu bisa dihindari. Kenapa demikian? Karena dengan kebaikanlah kita bisa terselamatkan, dengan saling menasehati kita bisa mengingatkan orang yang belum baik supaya menjadi lebih baik. Dengan demikian, berarti setiap kesalahan yang dilakukan oleh orang lain bisa kita cegah. Jika salah satu ada yang lupa maka yang satu mengingtkan, begitu seterusnya dan sebaliknya. Mengingatkan dengan penuh kelembutan seperti Allâh swt dan Rasûlullâh ajarkan tentunya.
Dalam Al-Qur’an Allâh swt memerintahkan kita untuk menyeru kepada kebaikan, (ta’muruna bil ma’ruf) dengan cara yang santun dan indahlah maksudnya. Tujuannya adalah mengajarkan dengan kelembutan dalam mengingatkan manusia, bukan dengan cara kekerasan. Bagaimana mungkin Allâh swt menyuruh kita untuk berbuat baik kepada orang lain, sedangkan diri kita belum baik. Berarti secara lembut Allâh swt mengingatkan kita untuk menjadi orang baik dulu, setelah itu baru ke orang lain.
Kadar Keimanan
Kita sadari bahwa kadang-kadang kadar keimanan itu selalu naik turun “al-Iimânu yazidu wa yankus” banyak hal yang melatarbelakangi semua ini. Sebagai mahasiswa tentu banyak godaan dan ajakan yang tidak mendidik. Bahakan jika tidak pintar memilih teman, yang ada bisa-bisa kita malah tejebak dan terjerumus. Kadar keimanan itu berubah karena disebabkan perubahan waktu juga. Setiap orang memiliki titik jenuh, dari kejenuhan itulah berakibat kepada kadar keimanan kita sendiri.
Terlebih sebagai seorang kepala keluarga misalnya. Seorang bapak memiliki tugas untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Tentu sangat sulit untuk bagi sang bapak dalam menjaga keimanan itu agar selalu konsisten (istiqomah). Ketika kadar iman kurang stamina, apa lagi ketika sedang dirundung banyak masalah, maka dorongan untuk berbuat tidak baik semakin bertambah. Oleh karena itu maka keimanan yang betul-betul kuat harus kita miliki. Agar dalam kondisi apapun tetap bisa terjaga.
Waktu bagaikan pedang, kalau salah menggunakannya maka kita akan terbunuh oleh pedang. Tentunya kalu tidak ingin menjadi korban maka kita harus benar-benar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Rasûlullâh saw selalu mengingatkan kepada umatnya, bahwa orang yang beruntung adalah orang yang menjadikan hari esoknya lebih baik dari hari kemarin. Seharusnya kita sadar betul apa yang disampaikan Nabi Muhamad saw. karena jika kita gali makna sebenarnya tentu sangat dalam dan juga mampu menjadi landasan hidup.
Jika kita mau memperhatikan pesan dari Rasûlullâh ini, sebenarnya sudah mencakup semua hal. Mulai dari masalah hidup setiap hari yang sepele hingga yang paling berat pun akan ketemu solusinya. Setiap manusia yang lahir akan mengalami pertambahan usia dengan bertambahnya usia ini maka bertambah pula pengetahuan dan pemahaman keilmuan nya pula, akan teapi justru yang menjadi masalah adalah makin tua makin menjadi seperti istilah “tua-tua keladi” inilah yang dialami oleh generasi muslim saat ini. Banyak yang mengerti agama namun jauh dai nilai-nilai agama.
Dalam al-Qur’an Allâh menangguhkan orang-orang yang enggan untuk menyembahnya, Allâh berikan apa yang mereka minta [istijrad] akan tetapi tunggu saja apa yang akan mereka terima karena ini adalah istijrad dari Allâh swt. Berhati-hatilah dengan apa yang kita lakukan dan apa yang kita perbuat untuk Allâh, apakah perintah Allâh telah kita jalankan dengan benar dan sesuai dengan anjuran Allâh itu. Kalau tidak sesuai dan jauh dari ketentuanNya kemudian apa yang kita pinta selalu Allâh kabulkan jangan-jangan kita termasuk orang yang mendapatkan istijrad dari Allâh. Naudzubillahi min dzalik…
Belajar dari Musibah
Indonesia, tidak henti-hentinya dilanda bencana. Ini adalah bukti bahwa Allâh memeberikan ujian dan memberikan teguran kepada makhluknya. Sebab diantara sekian banyaknya penduduk Indonesia yang mengaku muslim ternyata hanya sebagian saja yang menjalankan perintah Allâh swt.
Kalau kita mau jujur dengan apa yang kita perbuat terhadap Allâh dalam sehari, seminggu, sebulan, bahkan setahun. Jika kita renungkan pastilah labih banyak yang meninggalkan daripada melakukan perintahNya. Apakah kita sudah benar menjalankan perintah Allâh? seberapa seringkah kita melalaikan kewajiban kita? Tampaknya semua individu tidak berani menjawabnya.
Dari kesalahan-kesalahan inilah Allâh mengingatkan kita semua untuk mendekatkan diri, apalagi sampai melupakannya. Allâh lebih senang kepada hambanya yang selalu menyebut-nyebut namanya, berdzikir dan lidahnya selalu basah dengan kalimat Allâh. Akan tetapi, ketika hambanya lupa terhdapa Allâh, tentulah Allâh memberikan teguran dengan melalui perantara tentara-tentaranya agar dapat ingat kembali.
Coba bayangkan, jika di seluruh dunia; jumlah penduduk bermilyar-milyar ini tak ada seorangpun yang menyembah Allâh semuanya lalai akan semua perintah Allâh, kira-kira apa yang akan terjadi ? apa jadinya jika tak ada satupun yang mengumandangkan adzan ketika waktu shalat tiba? Pastilah Allâh akan langsung mengirimkan sebuah bencana, bahkan kiamat pun juga bias terjadi.
Tanda-tanda Qiyamat sudah tiba. Misal, kerusuhan dimana-mana. Jika kita perhatikan hampir di setiap Negara ada kerusuhan, awalnya masalah itu kecil tapi kemudian menjadi besar dan tak kunjung selesai. Hingga titik temunya sulit ditemukan, karena tak ada yang mau mengalah.
Tak hanya itu, bahwa anatara laki-laki dan perempuan sulit untuk dibedakan. Laki-laki menyerupai perempaun dan sebaliknya. Sehingga kejadian-kejadian ini dikait-kaitkan dengan Qiyamat. Padahal hanya Allâh lah yang mengetahui semuanya, manusia tak berhak mendahului ketentuan Allâh karena dialah yang maha mengetahui apa-apa yang tidak kita ketahui.
Penutup
Alangkah baiknya jika kita kembalikan kepada Allâh jangan sampai kita melupakan semua perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangannya. Syetan selalu mencari teman untuk menemaninya di Neraka kelak. Jadi, jangan sampai kita menjadi salah jalan dan terperosok kedalam jalan mereka dan menjadi pengikut setia syetan.
Tawaran-tawaran syetan sangat menggiurkan dan mampu melupakan semua urusan, termasuk urusan akhirat. Banyak orang yang sewaktu dekat dengan Allâh, ia meminta dalam doanya kekayaan. Akan tetapi setelah ia kaya, ternya ia lupa bahwa semua itu adalah pemberian Allâh. Ia merasa semua itu adalah hasil dari jerih payahnya dan hasil keringatnya sendiri, bukan dari Allâh.
Padahal ketika masih ingat dengan Allâh ia sempat berucap janji jika aku punya harta yang banyak aku akan tambah taat dalam menyembah Mu. Ternyata ia lupa semuanya, karena tertutupi oleh ajakan syetan. Jangankan meningkatkan ketaatan, infaq, dan sedekah pun tidak. Naudzubillâh min dzalik
Jika kita beristiqomah dalam menjalankan ketaqwaan, pastilah semua masalah dan godaan ini bukanlah sesuatu yang sulit. Syetan itu masuk dan membisikan ajakan-ajakan yang menyimpang dari jalan Allâh swt ketika kita lemah. Ajakan Allâh terkadang sulit dilakukan sedangkan ajakan syetan justru malah terasa ringan dan selalu mendapatkan kemudahan.
Sadarlah bahwa efek dari semua itu adalah sebuah hukuman yang akan membuat kita menyesal selamanya. Jangan sampai ketika sudah berada di alam kubur barulah kita tersadar. Marilah kita niatkan secara bulat dengan tekad yang kuat bahwa kita akan melawan semua ajakan syetan itu. Mudah-mudahan kita menjadi hamba yang kuat dan selalu Allâh berikan kemudahan dalam menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangan-larangannya. WAllâhu’alam. []
Amir Hamzah
Lembaga Pengabdian Masyarakat
1 komentar:
rugi.. saya gak mu rugi bro.......
Posting Komentar